Assalamualikum wr wb
Pada kesempatan ini saya akan membagikan artikel dari sebuah
blog mengenai dunia sebagai ladang untuk beramal. Semoga bermanfaat
Jika kita keluar rumah, kita akan
menyaksikan bahwa kebanyakan manusia –mungkin juga diri kita- memandang dunia
sebagai tujuan hidupnya. Belum yang kita saksikan di kota-kota baik di
pinggiran jalan, di kendaraan; di bus-bus, kereta maupun lainnya. Kita akan
menyaksikan bahwa yang terlintas di benaknya hanyalah “Bagaimana caranya agar
bisa hidup enak di dunia ini “, tidak lebih dari itu. Seakan-akan tidak pernah
terlintas di hati ini bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan bahwa Allah
menjadikan dunia ini sebagai ladang untuk beramal.
Kita akan melihat manusia bermegah-megahan dalam segala hal
sampai tidak sempat lagi beramal. Allah berfirman:
أَلْهاكُمُ التَّكاثُرُ (1)حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقابِرَ (2
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu-sampai kamu masuk ke
dalam kubur. ” (QS. At Takaatsur: 1-2)
Ketika azan dikumandangkan mereka masih saja sibuk dengan
pekerjaannya, tanpa mempedulikan seruan adzan. Padahal tentang dunia ini, Allah
Ta’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَياةُ الدُّنْيا لَعِبٌ وَ لَهْوٌ وَ زينَةٌ وَ تَفاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَ تَكاثُرٌ فِي الْأَمْوالِ وَ الْأَوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَباتُهُ ثُمَّ يَهيجُ فَتَراهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطاماً وَ فِي الْآخِرَةِ عَذابٌ شَديدٌ وَ مَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَ رِضْوانٌ وَ مَا الْحَياةُ الدُّنْيا إِلاَّ مَتاعُ الْغُرُورِ (20
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan saling
berbangga dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu “. (QS. Al Hadiid : 20)
Di ayat lain, Allah berfirman:
إِنَّما مَثَلُ الْحَياةِ الدُّنْيا كَماءٍ أَنْزَلْناهُ مِنَ السَّماءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَباتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَ الْأَنْعامُ حَتَّى إِذا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَها وَ ازَّيَّنَتْ وَ ظَنَّ أَهْلُها أَنَّهُمْ قادِرُونَ عَلَيْها أَتاها أَمْرُنا لَيْلاً أَوْ نَهاراً فَجَعَلْناها حَصيداً كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ كَذلِكَ نُفَصِّلُ الْآياتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (24
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
dunia itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah
dengan suburnya karena air itu tanaman-tanaman bumi, di antaranya ada yang
dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya dan berhias, dan permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasainya (memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami pada
waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan
tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang berfikir. ” (QS. Yunus : 24)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dunia dibanding akhirat, tidak lain seperti salah seorang di
antara kamu menyelupkan jarinya ke dalam lautan (kemudian diangkat), lalu
lihatlah yang menempel darinya?” (HR. Muslim)
Hikmah di balik musibah
Berbagai macam bencana, musibah,
kecelakaan dan kematian yang kita lihat seharusnya membuat diri kita berhenti
dari sikap ini “Mengerahkan fikiran dan tenaga hanya untuk meraih kenikmatan
dunia “, karena pada bencana, musibah, kecelakaan dan kematian terdapat bukti
nyata akan fananya dunia dan tidak pantasnya dijadikan sebagai tempat tujuan.
Cara pandang yang salah
Sebenarnya, tidak mengapa meraih
kesenangan dunia, hanya saja yang menjadi masalah adalah ketika sibuk dengan
dunia sampai lupa dengan akhirat. Shalat lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya
yang sesungguhnya manusia diciptakan untuk itu malah ditinggalkan dan tidak
menggunakan kenikmatan yang ada untuk itu. Nampaknya, untuk orang yang seperti
ini hanya maut saja yang dapat membuatnya menyadari kelalaiannya.
Allah Ta’ala
berfirman,
وَ أَنْفِقُوا مِنْ ما رَزَقْناكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لا أَخَّرْتَني إِلى أَجَلٍ قَريبٍ فَأَصَّدَّقَ وَ أَكُنْ مِنَ الصَّالِحينَ (10وَ لَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْساً إِذا جاءَ أَجَلُها وَ اللَّهُ خَبيرٌ بِما تَعْمَلُونَ (11
Dan infakkanlah sebagian dari apa
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang
di antara kamu; lalu ia berkata (menyesali): “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau
tidak menangguhkan aku sedikit waktu lagi, yang menyebabkan aku dapat
bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”– Dan Allah sekali-kali
tidak akan menangguhkan seseorang apabila telah datang waktunya. Allah Maha
Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munaafiquun : 10-11)
Akibatnya ia pun menyesal, karena terlena oleh dunia dan
tidak sempat beramal.
Sungguh sangat sedikit sekali orang
yang memiliki pandangan “Dunia adalah ladang tempat beramal ” sebagai persiapan
menuju negeri yang kekal, yaitu akhirat. Padahal inilah pandangan yang benar
terhadap dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan. Oleh karena itu, ia
pun menjadikan berbagai fasilitas yang ada sebagai sarana untuk memperbanyak
amal shalih.
Dunia adalah jembatan menuju
akhirat, di dunia ia bisa memperbanyak bekal, yaitu takwa. Dunia adalah tempat
ibadah, tempat shalat, tempat puasa, tempat bersedekah, tempat berjihad dan
tempat ia berlomba-lomba dengan saudaranya untuk menggapai kebaikan (surga).
Petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
menjalani hidup di dunia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jadilah kamu di dunia seakan-akan sebagai orang asing atau
orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Bukhari)
Yakni janganlah kamu cenderung
kepada dunia, jangan kamu jadikan sebagai tempat tujuan, jangan sampai
terlintas dalam dirimu bahwa kamu akan kekal di situ, jangan berlebihan
terhadapnya, jangan sampai hatimu bergantung kepadanya, jangan sampai kamu
disibukkan oleh selain tujuanmu yang sebenarnya di dunia ini (yaitu
memperbanyak bekal).
Cukuplah kiranya teladan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebagai contoh terdepan dalam berpandangan seperti ini, Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidur di atas tikar. Ketika bangun, tikar itu memberikan bekas pada
badan bagian samping Beliau. Lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah
kami membuatkan untukmu kasur?” Beliau menjawab, “Apa kepentinganku terhadap
dunia ini! Aku di dunia ini hanyalah seperti orang yang menaiki kendaraan
sedang berteduh sebentar di bawah sebuah pohon, kemudian akan pergi meninggalkannya.”
(HR. Tirmidzi)
Amr bin Harits radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika wafatnya tidak meninggalkan satu dinar,
satu dirham, budak laki-laki maupun budak perempuan dan tidak meninggalkan
apa-apa selain seekor bighal putih (kuda yang lahir dari perkawinan kuda dan
keledai) yang biasa ditungganginya, senjatanya dan tanahnya yang disedekahkan
untuk Ibnussabil.” (HR. Bukhari)
Nasehat ulama tentang Zuhud
Ali bin Abi Thalib berkata,
“Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan dan akhirat akan datang menghadap.
Masing-masing dari keduanya memiliki anak-anak, jadilah kalian anak-anak
akhirat, jangan menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari ini adalah
(waktu) beramal dan belum dihisab, sedangkan nanti adalah hisab dan tidak lagi
bisa beramal.”
Abdullah bin ‘Aun berkata, “Sesungguhnya orang-orang sebelum
kamu menjadikan untuk dunia ini sisanya (dari bekerja) untuk akhirat, namun
kamu menjadikan untuk akhirat kamu sisanya (dari bekerja) untuk duniamu.”
Semoga dengan ini kita lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Amin
Wassaamualaikum wr wb
Sumber:
kehidupan-disekitarkita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar